Berkarat
Hembus
angin yang mulai dingin. Warna Jingga yang menyebar ke timur dan mewarnai pohon
pohon. Matahari mulai terbenam, Haripun mulai gelap. Orang orang mulai berkemas dan meninggalkan
pantai. Burung burung yang berhamburan pulang ke rajutan rumput masing-masing.
Mobil
yang membawa empat orang anggota keluarga melaju ke selatan.
“Hay bu, kenapa kita pergi lewat tanjung Perak ?”. tanya Reydo kepada ibunya. “tanya saja pada kakakmu ?” jawab ibu. “Kenapa kak ?” Reydo bertanya sambil menghadap kakaknya. “tentu saja untuk sunset. Bukankah kamu juga ingin melihat sunset ?”. Jawab Richard sambil menghadap ke matahari terbenam. “bukankah rumah baru kita di kecamatan Wates, tempat SD asalku ?” tanya Reydo. “benar”. Jawab ayah sambil mengemudi mobil.
“Hay bu, kenapa kita pergi lewat tanjung Perak ?”. tanya Reydo kepada ibunya. “tanya saja pada kakakmu ?” jawab ibu. “Kenapa kak ?” Reydo bertanya sambil menghadap kakaknya. “tentu saja untuk sunset. Bukankah kamu juga ingin melihat sunset ?”. Jawab Richard sambil menghadap ke matahari terbenam. “bukankah rumah baru kita di kecamatan Wates, tempat SD asalku ?” tanya Reydo. “benar”. Jawab ayah sambil mengemudi mobil.
Keluarganya
Richard pindah dari Surabaya ke Wates. Wates tempat tinggal mereka dulu. Dulu
Richard dan Reydo sekolah SD Disana. Waktu SD Richard dan Reydo sangat pintar
bermain sepak bola. Reydo adalah adik sepupu Richard yang dititipkan bibi
Richard kepada keluarga Richard. Badannya Reydo
sedikit lebih tinggi dan besar dibanding Richard.
***
Beberapa
hari kemudian, pada pagi hari, Richard dan adiknya berangkat ke sekolah baru
mereka, SMPN 1 Wates. Mereka berada di kelas 9C. Saat mereka memperkenalkan
diri Richard melihat teman SDnya dulu di bangku paling belakang. Namanya Heflin,
badannya sedikit gemuk. Di SD dia bersaing prestasi belajar dengan Richard,
tetapi dia selalu kalah satu langkah dibelakang Richard.
Richard
dan Reydo duduk di bangku paling belakang, di belakang bangku Heflin. “masih ingat pada kita ?” tanya
Richard dengan senyum ejekan kepada teman lamanya. “Siapa yang bisa lupa kepada
orang menyebalkan yang selalu mengalahkanku” jawab Heflin. “kalau aku ?”. tanya
Reydo pada Heflin.“Siapa kamu? aku tidak kenal
dengan adiknya Richard yang selalu bercanda tawa denganku itu.” Jawab Heflin
dengan berlagak sok tak kenal kepada Reydo. “Kamu
ini... selalu nglawak seperti biasanya” kata Reydo dengan tersenyum. Mereka
bertiga membahas masa lalu dan bercanda tawa.
“istirahat nanti ikut yuk ! akan kukenalkan sekolahku ini dan akan
kutunjukan sesuatu”. Ajakan Heflin pada kedua temannya.
***
Kring...Kriiiiiinggg !
bel sekolah berbunyi, tanda waktu
istirahat. Murid murid berhamburan keluar kelas. Seperti yang dikatakan Heflin,
Richard dan Reydo mengikutinya. Mereka berjalan sambil mengenal lingkungan
sekolahan.
“Sudah sampai”. Kata
Heflin. “ini kan lapangan sepak bola.”
Seru Reydo. Richard jadi teringat masa masa sepak bolanya. “nah, di SD dulu kan kalian yang paling jago.
Perlihatkan lagi kemampuan kalian yang sekarang kepada anak anak itu ! aku
penasaran. Langsung masuk saja, ini sepak bola bebas.” Kata Heflin sambil menyuruh
mereka. “Reydo, katakan kepadanya !” Richard
menyuruh Reydo mengatakan sesuatu dengan serius. “Baik” jawab Reydo pada
kakaknya. “sebenarnya
semenjak kami pergi ke Surabaya kami tidak pernah bermain sepak bola lagi. Jadi
kemampuan kami sudah menurun. Terutama stamina kami.” Kata Reydo dengan serius. “apa ?” kata
Heflin dengan spontan. “apakah itu benar Richard ?” tanya Heflin. “Ya” jawab Richard dengan
mengantongkan tangannya sambil melihat anak anak lain bermain sepak bola. “Hey
Reydo, coba bermainlah dengan mereka aku ingin tahu perbedaan kemampuanmu
dengan mereka.” Richard menyuruh Reydo untuk bermain.
Reydo
langsung ikut saja. Sebab itu sepakbola bebas Dimana ada orang yang mau ikut
langsung masuk dan membantu tim yang kalah. Seorang anak bernama David, ia satu
tim dengan Reydo. Ia menggiring bola, melewati beberapa pemain. Hampir sampai
di kotak pinalty, ia melihat Reydo
sedang kosong tanpa ada yang menempel. (slow
moment) Ia langsung megoper bola lambung kepada Reydo. Reydo menendang bola itu dan...... tendangannya
tidak mengenai bola itu. Beberapa anak berlari ke arah Reydo kecuali David.
“lihat........! anak baru
mencoba bermain bola” teriakan seorang anak bernama Renta. “huu...yang ditendang tu bolanya...bukan
anginnya” Renta dan teman temannya mengejek Reydo. “dasar anak baru. Pergi sana
! jangan bermain di sini” Renta mengejek dengan kasar. Richard dan Heflin menghampiri Reydo dan membubarkan kerumunan
itu. “Bubar....Bubar” kata Richard dengan keras. Kerumunan itupun bubar.
Richard, Heflin dan Reydo pergi dari lapangan itu. “lihat saja. akan
kutunjuka kemampuanku yang sebenarnya kepada kalian” Teriak Reydo kepada Renta
dengan keras. “sudah, jangan hiraukan mereka” kata
Richard sambil menepuk bahu Reydo.“Heflin, siapa ketua geng
mereka itu ?” tanya Richard kepada Heflin. “Anak yang berteriak paling keras dan mengejek
Reydo, namanya Renta” jawab Heflin. “Anak yang rambutnya keriting, berbadan besar itu ?” tanya Reydo. “Ya” jawab Heflin. “dia adalah anak paling nakal di sekolah
ini.” Kata Heflin.“lihat saja, Renta” Reydo berkata dalam hati.
Mereka bertigapun pergi menuju kantin dan membeli
jajan.
***
“ini untukmu” Richard berkata sambil
memberikan minuman kepada adiknya. Richard, Heflin, dan Reydo berjalan jalan
keliling sekolah. Mereka dituntun Heflin ke papan pengumuman.“ini yang sebenarnya
ingin ku tunjukan kepada kalian” kata
Heflin.“ini kan
papan pengumuman ?” kata Richard. “Lihat itu ! bertulis
akan ada lomba sepak bola tingkat Kabupaten di Blitar pada tanggal 15”. Kata
Heflin. Tiba tiba datang seorang anak dari belakang mereka. “hey...!” kata anak itu sambil menepuk pundak
Richard. “Bukankah kakak adalah kak
Richard ?” tanya anak kepada Richard. “Hey... kau ini adik kelasku saat SD
namamu....” Richard sedang berpikir. “Fico” kata Richard dengan terkejut. “hey
kak Heflin, kenapa kakak tidak memberi tahu ku kalau kak Richard baru pindah ke
sekolah kita ?” tanya Fico dengan rasa kecewa kepada Heflin.
“setelah melihat pengumuman ini rencananya akan ke kelas 7A, menemuimu”
jawab Heflin. “ooo...bigitu. kak Richard, kamu dan kak Reydo akan kuikutkan
lomba itu, aku kan OSIS bagian itu” kata Fico. “tidak
usah” kata Richard dengan santai. “Kenapa ?” tanya Fico dengan spontan. “itu karena sekarang Richard sudah tidak
pernah sepak bola lagi” jawab Heflin. “ya, kemampuan kami sudah
menurun” kata Reydo setelah menghabiskan minumannya. “Tapi dengan berlatih kan
kemampuan kalian bisa kembali. Selain itu sekarang masih tanggal 12 maka kalian
mempunya waktu 3 hari berlatih sebelum pertandingan” kata Heflin. “apakah 3
hari itu cukup untuk mengembalikan kemampuan kami?” jawab Reydo. “jika tidak cukup maka ikut saja
pertandingan semi final atau final. Kalau ada 32 tim, 2 lapangan, dan wktunya
90 menit, 1 hari 2 pertandingan 1 lapangan maka pertandingn itu akan selesai
sekitar.......”kata Fico sambil menghitung.
“Banyak sekali perhitunganmu ?” Reydo bertanya. “7
hari” Richard berkata dengan santai. “ya, 7 hari. 3 hari tambah 7 hari maka 10 hari
waktu kalian berlatih” kata Heflin. “Hey, Reydo selain tu bukankah kamu
ingin membalas Renta ?”. kata Heflin. “ya, memang tapi apakah 10 hari cukup?
Aku dan kakakku tetap tidak ikut.” jawab Reydo.“Tapi.....” kata Fico dengan rasa putus asa. “kalian semua ikut aku !”
kata Heflin.
Mereka berempat menuju ruang pameran.
Tadi itu Richard bertemu dengan Fico, teman adik kelasnya dulu. Fico juga pintar bermain sepak bola sehingga dia ikut lomba sepak bola itu. “Ini kan...” kata Reydo dipotong oleh Heflin. “...Ruang pamerana” kata Heflin memotong. “lihat ! hanya ada satu piala sepak bola. sekolah ini dari dulu hingga sekarang tidak pernah mendapat juara satu sepak bola sekabupaten. Sekolah ini maksimal hanya bisa menjadi juara dua. Itu saja berkat kakaknya David yang sekarang sudah lulus” Kata Heflin dengan serius. “Richard....? sedang apa kamu di sini?” kata seorang guru muda dari kejauhan. “Bapak kan pak Dian. Apa bapak sekarang guru SMP ?”tanya Richard. “ya. Sebenarnya saya asisten pak Budi. Dialah guru olahraga yang mengatur peserta lomba ini” jawab pak Dian. Mereka berempat menyalami pak Dian. “sejak tadi aku menguping pembicaraan kalian. kamu sudah tahu dari Heflinkan kalau sekolah ini tidak pernah mendapat juara satu ? Jadi tolong kalian ikutlah ! Fico saja yang dua tahun lebih muda ikut.” Ajakan pak Dian kepada Richard dan Reydo. “ya, benar, tidakkah kakak kasihan dengan sekolah ini ?” kata Fico. “ayolah... sekolah ini butuh kalian” kata Heflin dengan memohon. “bukankah kalian sudah tahu, kemampuan sepak bola kami ini sudah menurun drastis. Kami hanya akan membuat malu diri kami dan sekolah ini. kami tidak akan....” kata Reydo dipotong Richard. “sudahlah Reydo.” kata Richard sambil menepuk bahu Reydo. “Akan memalukan jika junior dari SD kita ikut dan seniornya tidak ikut” Kata Richard membuat Fico merasa dipuji. “Kurasa dua pedang yang berkarat perlu diasah”. Kata Richard dengan keren.
Tadi itu Richard bertemu dengan Fico, teman adik kelasnya dulu. Fico juga pintar bermain sepak bola sehingga dia ikut lomba sepak bola itu. “Ini kan...” kata Reydo dipotong oleh Heflin. “...Ruang pamerana” kata Heflin memotong. “lihat ! hanya ada satu piala sepak bola. sekolah ini dari dulu hingga sekarang tidak pernah mendapat juara satu sepak bola sekabupaten. Sekolah ini maksimal hanya bisa menjadi juara dua. Itu saja berkat kakaknya David yang sekarang sudah lulus” Kata Heflin dengan serius. “Richard....? sedang apa kamu di sini?” kata seorang guru muda dari kejauhan. “Bapak kan pak Dian. Apa bapak sekarang guru SMP ?”tanya Richard. “ya. Sebenarnya saya asisten pak Budi. Dialah guru olahraga yang mengatur peserta lomba ini” jawab pak Dian. Mereka berempat menyalami pak Dian. “sejak tadi aku menguping pembicaraan kalian. kamu sudah tahu dari Heflinkan kalau sekolah ini tidak pernah mendapat juara satu ? Jadi tolong kalian ikutlah ! Fico saja yang dua tahun lebih muda ikut.” Ajakan pak Dian kepada Richard dan Reydo. “ya, benar, tidakkah kakak kasihan dengan sekolah ini ?” kata Fico. “ayolah... sekolah ini butuh kalian” kata Heflin dengan memohon. “bukankah kalian sudah tahu, kemampuan sepak bola kami ini sudah menurun drastis. Kami hanya akan membuat malu diri kami dan sekolah ini. kami tidak akan....” kata Reydo dipotong Richard. “sudahlah Reydo.” kata Richard sambil menepuk bahu Reydo. “Akan memalukan jika junior dari SD kita ikut dan seniornya tidak ikut” Kata Richard membuat Fico merasa dipuji. “Kurasa dua pedang yang berkarat perlu diasah”. Kata Richard dengan keren.
Heflin dan Fico saling melempar tatapan. Fico berkata “kurasa kita memikirkan hal yang sama” Heflin berkata “ya, mereka akan berlatih 10 hari. Dan ikut lomba”. Reydo dan pak Dian tersenyum.
***
Pak Dian sebagai asisten
guru olahraga dan Fico sebagai OSIS olahraga menuju kantor pak Budi untuk
mendaftarkan Richard dan Reydo. Richard mengendap ngendap berencana menguping
pembicaraan mereka. “pak Budi” suara pak Dian
yang memanggil pak budi. “ya”
jawab pak Budi. “saya selaku asisten bapak ingin
merekomendasikan murid dari SD saya dulu untuk mengikuti lomba sepak bola itu”pak
Dian memohon kepada pak Budi. “anak baru
itu ya ?” tanya pak Budi. “benar” jawab pak Dian. “tidak boleh” kata pak Budi dengan tegas. “kenapa
?” tanya pak Dian. “karena
mereka murid baru dan kemampuannya masih belum diketahui” jawab pak Budi.“tapi
ketika di SD kemampuan mereka mengagumkan, saya akui itu. Lagi pula masih ada
tiga ruang untuk mereka berdua” kata pak Dian. “tetap tidak boleh, lagi pula ada adiknya
Rudi, yaitu David. Dia saja sudah cukup untuk meraih juara satu. Dia akan
seperti kakaknya. Selain itu juga ada Renta. Keputusanku sudah bulat dengan
ke-20 pemain.” kata pak Budi. Fico tidak berani bicara. “ya
sudah, tapi mohon bapak pertimbangkan keputusan bapak”. Kata pak Dian. “semoga Richard dan Reydo bisa ikut”. Kata Fico dalam hati.
Kemudian pak Dian dan
Fico meninggalkan kantor pak Budi. Dan Richard langsung kabur.
***
Setiap hari, sejak
Richard dan Reydo ingin ikut lomba mereka berlatih setiap sore. Heflinlah yang
menyiapkan latihan dan berbagai kebutuhan mereka. Sedangkan Fico berlatih
bersama pak Budi sebab dia ikut lomba
dari awal.
Tiga hari kemudian,
dimana waktu dilaksanakannya lomba dimulai. Karena letak Wates berada di tengah tengah kabupaten
Blitar, maka pertandingannya diadakan di Wates (ini saya yang buat jadi terserah saya. Kota Watesnya juga bukan seperti
desa melainkan sudah modern).dan oleh sebab itu maka seluruh murid SMPN 1
Wates menjadi suporter. Selama satu Minggu kepala sekolah SMP itu mengijinkan
muridnya untuk jadi suporter. Jadi semua siswa dan siswi menonton jalannya
pertandingan. Mereka berhamburan mencari tempat duduk.
Richard dan teman
temannya duduk di kursi paling depan pada stadion. Richard mengamati jalannya
pertandingan. Dia menganalisis anak anak yang jago main bola.
“hey bagaimana hasil
latihan kak Richard ?” tanya Fico pada Heflin. “latihannya berjalan lancar. Selain
itu semua rekor SD mereka sudah tercapai. Lihat buku pengamatanku ini” kata
Heflin sambil menunjukan bukunya. “ya
tidak semua sih, yang paling parah dari mereka adalah masalah stamina” kata
Heflin. “stamina itu memang harus
di jaga dengan minimal berlari-lari seminggu sekali. wow... ternyata memang
berkarat. Tapi pesat juga perkembangan mereka” kata Fico sambil membaca buku
milik Heflin. “benar” kata Heflin Heflin.
Lima hari kemudian, ternyata SMPN 1 Wates masih bisa menang sampai ke babak semi final. Besok adalah hari Minggu, jadi pertandingan diliburkan sementara. Dan akan dilanjutkan besok lusa.
***
Sinar mentari mulai
nampak. Hawa dingin menjadi hangat. Nyanyian burung terdengar merdu. Mereka
bernyanyi dan menari. Meloncat dari dahan ke dahan. Embun pagi yang terkena
sinar mentari menimbulkan pernak-pernik yang indah. Ada seorang anak yang tidur
di atas padang rumput luas.
Byuuuuurrr....! Suara air
mengguyur Richard di atas rumput di lapangan. “bangun pemalas !” kata Heflin sambil
mengguyur Richard.
Hari Minggu, Heflin dan
Reydo mengguyur Richard di pagi hari karena ketiduran setelah lari pagi jam
empat tadi. Setelah lari pagi di lapangan mereka istirahat sejenak lalu Richard
tertidur.
“dasar pemalas, ayo kita
lanjutkan latihan. Aku sebagai pembimbing kalian tidak akan membiarkan kalian malas-malasan,
nah, ayo bangun, ha ha ha”. Kata Heflin sambil tertawa.
“aku kan hanya beristirahat sejenak” protes Richard.
“lihat adikmu ! dia masih berlari lari di lapangan. Bukankah yang terlalu berkarat adalah stamina kalian. Nah, sekarang ayo lanjutkan !. Pertandingan sudah di depan mata ?” perintah Heflin sambil melihat Reydo berlari. “iya..iyaaa.... baik. Maaf- maaf” kata Richard. ia berdiri dan berlari lagi. “semoga metode latihan satu hari latihan dan satu hari istirahat ini bisa membuat kemampuan mereka tajam lagi” kata Heflin dalam hati dengan berharap dan melihat mentari.
“aku kan hanya beristirahat sejenak” protes Richard.
“lihat adikmu ! dia masih berlari lari di lapangan. Bukankah yang terlalu berkarat adalah stamina kalian. Nah, sekarang ayo lanjutkan !. Pertandingan sudah di depan mata ?” perintah Heflin sambil melihat Reydo berlari. “iya..iyaaa.... baik. Maaf- maaf” kata Richard. ia berdiri dan berlari lagi. “semoga metode latihan satu hari latihan dan satu hari istirahat ini bisa membuat kemampuan mereka tajam lagi” kata Heflin dalam hati dengan berharap dan melihat mentari.
Setelah
berlari, mereka melakukan dribel dan tendangan. Richard latihan dribel zig-zag.
“Harus lebih cepat dari sebelumnya”
kata Richard dalam hati. Semakin hari selama sembilan hari ini dribel dan
kontrol Richard semakin cepat dan akurat.
Reydo
berlatih tendangan. “Lebih kuat dari yang kemarin” teriak Reydo sambil
menendang bola dengan keras. “huu...yang
ditendang tu bolanya...bukan anginnya” kata itu terus mendengung di telinga
Reydo selama sembilan hari latihan. Semakin lama berlatih, Reydo semakin kuat,
berkat kata itu. Kata itu seperti yang telah membangun kemampuannya. Ketika
Reydo mendengar kata itu, kebenciannya meluap dan membuatnya berjuang keras. Tidak
kalah dari kakaknya, Reydo juga berkebang pesat. Tidak hanya Heflin yang
mengawasi latihan Reydo, Richard juga mengawasinya. Sepertinya Richard tahu apa yang mendengung di telinga adiknya itu.
“Prrriiiiiiitt......!”
bunyi peluit Heflin. Richard dan Reydo menghampiri Heflin. “sekarang sudah jam sembilan, ini adalah latihan terakhir kalian, mulai
sekarang kalian harus beristirahat.” kata Heflin sambil berlagak sok guru. “sok guru
sekali kamu” seru Reydo kepada Heflin.
“sekarang lihatlah perkembangan kalian di buku pengamatanku ini” kata
Heflin sambil membuka buku pengamatannya. “i’....ik.....ini.....” kata Reydo dengan terkejut melihat bukunya
Heflin.
“agak usah ak...ik....uk....ak” kata Heflin sok keren. “ooooh...jadi selama di SD kamu memata matai kami ya. Oh bukan. Semua
pemain sepak bola anak anak yang pintar. Kamu pintar sekali Heflin. good job.” Pujian Richard kepada Heflin dengan
mengacungkan jempolnya sambil melihat lihat buku Heflin. “iya dong..... cita
citaku kan menjadi pelatih sepak bola terbaik sedunia dari Indonesia” kata Heflin
sok keren. “baiklah ! dengan buku ini kita bisa menyusun strategi” kata
Richard. “dasar mata mata” gerutu Reydo.
Merkapun
menyusun strategi untuk pertandingan semi final besok.
***
Terik
matahari yang hangat mulai memanas di padang rumput hijau. Nafas yang
terengah-engah. Keringat bercucuran bak air hujan yang mengguyur tubuhnya.
Suara sorakan sorakan yang keras menggelegar. David berlari menggiring bola
dengan kencang. “sial, sulit sekali. tim
macam apa mereka ini” kata David dalam hati sambil bernafas dengan
terengah-engah. “tertinggal 1 gol dengan
sisa waktu lima menit ?” kata David dalam hati dengan putus asa. “aku tidak boleh menyerah, ini sudah di semi
final. Sedikit lagi pasti SMP ini.....” harap David SMPnya bisa menang.
“ayo semua ! kita tidak boleh menyerah” teriak David sebagai kapten dari tim
itu pada teman temannya.
“Yaaa.....!”
jawab anak anak kesebelasan SMPN 1 Wates itu dengan semangat. “SMPN 1 Wates
tertinggal 2-1 dengan SMPN 1 Wlingi bung. Apa yang akan mereka lakukan?” kata
komentator pada seluruh penonton.
David
menggiring bola, melewati beberapa pemain. Dia mengotak Ngatik bola. Oper
mengoper bola dengan rekannya di depan kotak pinalty sambil mencari celah musuh.
Renta mendapat bola dari Fico. David berlari ke dalam kotak pinalty dan meminta
bola. (slow moment. Tayangan pelan) Renta mengoper bola lambung setinggi perut
melewati celah celah pemain. David mengangkat kaki kanannya. Bola melayang di
depan dada David. Kaki David yang menendang bola mulai menyentuh bola. Tiba
tiba kaki beck lawan menendang kaki David dengan keras di udara.
“Priiiitt.....!”
bunyi peluit wasit. Dan terjadi pelanggaran di kotak pinalty alias pelanggaran.
Wasitpun menyodorkan kartu merah kepada anak yang menendang kaki David. “Aduh...
sakit” teriak David dengan keras sambil memegang kakinya yang sakit. Teman
teman, dan guru gurunya pun menghampirinya. “David....... David” teriak Fico
dan teman temannya. Mereka menolong dan membantu David. Petugas pun membawa
tandu dan menidurkan David di tandu
.
“David, bisakah kamu melanjutkan ?” tanya pak Budi pada anak yang kesakitan itu. “maaf pak, tapi sepertinya aku tidak bisa berlari untuk sementara” jawab David. “pak, saya sarankan untuk menggantinya dengan Richard” usul pak Dian. “jangan, nanti semua malah jadi kacau. Selain itu kita masih mempunyai kesempatan pinalty” jawab pak Budi sambil berpikir. “tapi siapa lagi yang akan menggantikan David setelah itu? Selain itu jika penalty itu gol maka kita harus mencetak satu gol lagi untuk memenangkan pertandingan. semua pemain cadangan kita sudah banyak yang cidera dan kehabisan stamina karena pertandingan sebelumnya. Apa bapak akan memutuskan untuk bertanding dengan sepuluh pemain ?” tanya pak Dian pada pak Budi. “iya pak, ganti saja dia dengan Richard” ujar Fico juga pada pak Budi. “diam kalian! kalian membuatku semakin pusing” bentak keras dari pak Budi. Fico jadi takut. “tapi pertimbangkan, apa bapak akan bertanding dengan sepuluh pemain ? daripada begitu sebaiknya bertanding dengan sebelas pemain” usul pak Dian. “eeaaahh...!” suara pak Budi sedang pusing dan marah yang campur aduk. “Bapak punya dua pedang yang tajam, tetapi menggunakan sepuluh pisau kecil. Apa yang ada di kepala bapak ini ?” kata pak Dian sedikit menghina pak Budi. “Kalau begitu atur saja pertandingan ini. Lagi pula SMP kita pasti kalah di semi final ini.” bentak pak Budi dengan putus asa pada pak Dian sambil meninggalkan lapangan sepak bola. “baiklah. Bila saya gagal maka pecat saja saya” kata pak Dian.
“Kau dengar itu Reydo ?. sepertinya kita akan direpotkan” kata Richard dari kursi duduk sambil melihat perdebatan pak Dian dan pak Budi. “ya, sepertinya begitu” jawab Reydo.
.
“David, bisakah kamu melanjutkan ?” tanya pak Budi pada anak yang kesakitan itu. “maaf pak, tapi sepertinya aku tidak bisa berlari untuk sementara” jawab David. “pak, saya sarankan untuk menggantinya dengan Richard” usul pak Dian. “jangan, nanti semua malah jadi kacau. Selain itu kita masih mempunyai kesempatan pinalty” jawab pak Budi sambil berpikir. “tapi siapa lagi yang akan menggantikan David setelah itu? Selain itu jika penalty itu gol maka kita harus mencetak satu gol lagi untuk memenangkan pertandingan. semua pemain cadangan kita sudah banyak yang cidera dan kehabisan stamina karena pertandingan sebelumnya. Apa bapak akan memutuskan untuk bertanding dengan sepuluh pemain ?” tanya pak Dian pada pak Budi. “iya pak, ganti saja dia dengan Richard” ujar Fico juga pada pak Budi. “diam kalian! kalian membuatku semakin pusing” bentak keras dari pak Budi. Fico jadi takut. “tapi pertimbangkan, apa bapak akan bertanding dengan sepuluh pemain ? daripada begitu sebaiknya bertanding dengan sebelas pemain” usul pak Dian. “eeaaahh...!” suara pak Budi sedang pusing dan marah yang campur aduk. “Bapak punya dua pedang yang tajam, tetapi menggunakan sepuluh pisau kecil. Apa yang ada di kepala bapak ini ?” kata pak Dian sedikit menghina pak Budi. “Kalau begitu atur saja pertandingan ini. Lagi pula SMP kita pasti kalah di semi final ini.” bentak pak Budi dengan putus asa pada pak Dian sambil meninggalkan lapangan sepak bola. “baiklah. Bila saya gagal maka pecat saja saya” kata pak Dian.
“Kau dengar itu Reydo ?. sepertinya kita akan direpotkan” kata Richard dari kursi duduk sambil melihat perdebatan pak Dian dan pak Budi. “ya, sepertinya begitu” jawab Reydo.
Pinalty
akan ditendang oleh Renta. Dari kejauhan Heflin berkata “anak sombong itu akan
menendang pinalty ?”. Pak Dian akan memasukkan Richard setelah itu. Renta
mengambil posisi. “Priiiit” bunyi peluit. Bola di tendang Renta menuju gawang
dan....... meleset. Seketika penonton dan para suporter meneriakinya
“huuu.....”. “kenapa kamu yang nendang ?”. teriakan penonton membuat Renta
sakit hati. “Biarin.......biarin” balas Renta dengan teriakan keras.“tu kan.
apa ku bilang ? melesetkan ?.” Kata Heflin sambil menepuk jidatnya. Reydo
menertawai dan menyorakinya. Richard tampak tersenyum. Dari kejauhan pak Dian
memanggil Richard. Richard pun menghampiri pak Dian. “tunjukan pedang yang sudah
diasah” Kata Heflin. Richard menganggukkan kepalanya. “kamu
sudah siap kan” tanya pak Dian sambil memberikan seragam pada Richard;“sudah, tapi apa Reydo tidak ikut ?” tanya Richard sambil mengenakan
seragam. “kurasa
kamu saja sudah cukup. Posisi kamu tetap seperti SD kan ?” kata pak Dian.
Seorang
pemuda dengan warna baju biru baru saja memasuki lapangan. Bagian sayap kanan
burung garuda yang sudah pergi, kini kembali dengan pedang yang tajam. Para
penonton menyorakinya. “dua gol dalam
tiga menit” kata Richard dalam hati.
“menurut perhitunganmu
apa kakakku bisa mencetak dua gol dalam waktu tiga menit ini ?” tanya Reydo
kepada Heflin. “tenang saja, itu akan sangat mudah
baginya dengan lawan seperti SMP Wlingi itu” jawab Heflin sok keren.
Priit
!. bunyi peluit wasit. Bola ditendang dari gawang lawan ke tengah lapangan. Fico
mendapat bola. Di bagian sayap kanan lapangan Fico melihat Richard sedang
kosong tanpa beck yang menempelnya. Ia mengoper bola trobosan pada Richard.
Tapi sayangnya bola itu terlalu jauh di depan posisi Richard, dan dekat sekali
kotak pinalty sehingga kiper lawan langsung berlari untuk menendang bola itu. “huh” hembus nafas Heflin dengan
tersenyum sambil menutup mata. Slash....
kaki yang berlari sangat cepat menuju bola. Boom...Richard menendang bola,
kiper yang terlalu maju terkejut dengan tendangan Richard. Bless........ suara
bola yang mengenai jaring gawang.
“Goooll.......!”
teriak komentator sepakbola. “Luaar biasaaa, seorang anak yang menggantikan
David berlari dengan sangat cepat dan menyamakan kedudukan menjadi dua sama.
Akankah dia bisa mencetak gol lagi dalam waktu loss time ini” kata
komentator.
“Apa ?” kata Renta dengan terkejut. Reydo nampak bahagia, Heflin tersenyum dan pak Dian sangat takjub akan kemampuan Richard. Semua penonton bersorak sorak. Sisa waktu pertandingan tinggal dua menit lagi, dan itu sudah termasuk loss time. Kick off dilakukan oleh tim Wlingi. Setelah kick off bola langsung disrobot oleh Richard. Ia mengoperkannya ke teman temannya. Mereka bermain bagus, oper mengoper bola. Bola dikuasai Richard di depan kotak pinalty, dia melihat Fico yang sedang meminta bola. Tapi Richard menendang bola itu sendiri. Richard sengaja menendang bola ke arah tiang gawang dan memantul ke arah Fico. Fico menendang bola dan......... Gool.
Prit...Priiit....Priiiiiiiit.... ! bunyi Peluit akhir tanda pertandingan. Pertandingan itu pun dimenangkan SMPN 1 Wates. Untuk kedua kalinya SMP itu bisa masuk ke pertandingan final. Semua orang yang hadir di pertandingan itu yang memihak SMP Wates sangat gembira termasuk pak Budi yang takjub akan kemampuan Richard. Mereka merayakannya. “tapi jangan senang dulu, masih ada pertandingan final” kata Richard pada teman temannya. “halah, tak usah khawatir, kan ada kak Richard” kata Fico. “bisa saja kita kalah” kata Richard sambil melihat seorang anak dari tim Blitar yang akan dia lawan. Dia ada di bukunya Heflin.
“Apa ?” kata Renta dengan terkejut. Reydo nampak bahagia, Heflin tersenyum dan pak Dian sangat takjub akan kemampuan Richard. Semua penonton bersorak sorak. Sisa waktu pertandingan tinggal dua menit lagi, dan itu sudah termasuk loss time. Kick off dilakukan oleh tim Wlingi. Setelah kick off bola langsung disrobot oleh Richard. Ia mengoperkannya ke teman temannya. Mereka bermain bagus, oper mengoper bola. Bola dikuasai Richard di depan kotak pinalty, dia melihat Fico yang sedang meminta bola. Tapi Richard menendang bola itu sendiri. Richard sengaja menendang bola ke arah tiang gawang dan memantul ke arah Fico. Fico menendang bola dan......... Gool.
Prit...Priiit....Priiiiiiiit.... ! bunyi Peluit akhir tanda pertandingan. Pertandingan itu pun dimenangkan SMPN 1 Wates. Untuk kedua kalinya SMP itu bisa masuk ke pertandingan final. Semua orang yang hadir di pertandingan itu yang memihak SMP Wates sangat gembira termasuk pak Budi yang takjub akan kemampuan Richard. Mereka merayakannya. “tapi jangan senang dulu, masih ada pertandingan final” kata Richard pada teman temannya. “halah, tak usah khawatir, kan ada kak Richard” kata Fico. “bisa saja kita kalah” kata Richard sambil melihat seorang anak dari tim Blitar yang akan dia lawan. Dia ada di bukunya Heflin.
***
Prit..
priiiit ! tanda dimulainya pertandingan. Pertandingan final antara SMPN 1 Wates
melawan SMPN 1 Blitar. Kaki kaki berlarian di lapangan. Richard dan teman
temannya bermain dengan bagus. SMP Richard masih belum bermain dengan maksimal
karena Reydo masih belum juga diikutkan.
Dari
kejauhan Heflin berkata “kali ini Richard mungkin akan kesulitan dan
membutuhkan bantuanmu, karena tim Blitar jauh lebih kuat dari tim Wlingi. Tim
Blitar pernah menang juara satu tiga tahun berturut turut” kata Heflin pada
Reydo.
Menurut
pendapat pak Dian stamina Reydo lebih rendah daripada Richard. Pak Dian
mengetahuinya dari buku Heflin. jadi pak Dian akan memasukkan Reydo nanti saja.
Flash
moment : ON
Di
menit ke 13 Richard berhasil mencetak gol dan kedudukan menjadi 1-0. Tak mau
kalah, SMP Blitar membalas dan menyamakan kedudukan di menit ke 28. Secara tak
terduga, seorang anak yang dilihat Richard tadi, yang ada di buku Heflin, bisa
merebut bola dari Control Richard. Lalu di akhir babak ke satu, menit ke 42,
dia berhasil mencetak gol. Babak pertama pun selesai dan SMP Blitar unggul 2-1.
Saat waktu istirahat pak Dian mengatur ulang berbagai formasi.
Babak
ke dua dimulai. Sekarang Richard lebih serius dari sebelumnya. Kevin memulai
kick off, dia dan timnya bermain bagus. Di depan kotak pinalty Kevin menendang
bola dan.... gol. Para suporter SMP Wates kecewa dan putus asa. Tim mereka
tertinggal 3-1.
Flash moment : OFF
“pak
jangan di tunda lagi, atau kita akan kalah” teriak Richard pada pak Dian dari
kejauhan. Pak Dian langsung memasukan Reydo. Reydo menuju posisi sayap kiri. Sekarang
Heflin jadi duduk sendiri.
Kini semua strategi Richard bisa ia lakukan dengan Reydo dan Fico. Formasi segi tiga kini telah lengkap dengan Fico sebagai streker tengah. Priiit, setelah kick off Fico langsung mengoper ke belakang. Mereka memulai main oper oper lagi. Bola di kuasai Reydo, ia mengoper ke Fico, Fico ke Richard, Richard ke Reydo, sungguh umpan segi tiga yang bagus di depan kotak pinalty. Reydo mengumpan pada Fico. Fico menendang bola dan gol. Fico berhasil menyusul kedudukan menjadi 3-2 di menit ke 62. Wajah wajah putus asa kini menjadi ceria kembali. “First strategy, triangle formation, successful” kata Heflin sambil tersenyum sendiri.
Kini semua strategi Richard bisa ia lakukan dengan Reydo dan Fico. Formasi segi tiga kini telah lengkap dengan Fico sebagai streker tengah. Priiit, setelah kick off Fico langsung mengoper ke belakang. Mereka memulai main oper oper lagi. Bola di kuasai Reydo, ia mengoper ke Fico, Fico ke Richard, Richard ke Reydo, sungguh umpan segi tiga yang bagus di depan kotak pinalty. Reydo mengumpan pada Fico. Fico menendang bola dan gol. Fico berhasil menyusul kedudukan menjadi 3-2 di menit ke 62. Wajah wajah putus asa kini menjadi ceria kembali. “First strategy, triangle formation, successful” kata Heflin sambil tersenyum sendiri.
Kevin ingin membalas kedudukan. Setelah kick off dia
langsung maju ke depan. Dia berhadapan dengan Richard. Richard sedang serius,
dengan seketika Richard berhasil merebut bola. Ia menggiring maju melawati tepi
kanan lapangan Dia mengumpan pada Reydo di kiri lapangan yang berlari ke tengah.
Tiba tiba Renta yang berambisi mencetak gol keluar dari zona pressnya,
posisinya. Dan menuju ke kotak pinalty. Dia meminta bola dari Reydo. (slow moment) Reydo sengaja mengumpan bola
lambung seperti waktu itu. Renta kemudian mengangkat kaki menendang bola
dan....... tendangannya tidak mengenai bola itu.. Seketika itu membuat
Reydo malu. Semua penonton mengejek dan menghinanya. Bola yang terlepas dari
Reydo diterima Richard. (slow momen) Richard
mengcrossing bola pada Reydo setinggi dada. Reydo mengangkat kedua kakinya.
Menendang bola di udara. Tendangan menggunting dari Reydo melesat kencang.
wuush..... dan goool. Penonton langsung bersorak meriah untuk Reydo karena
ia menyamakan kedudukan menjadi tiga sama di menit ke 79. Renta mulai merasa
bersalah pada Reydo.
Saat Richard merayakan golnya, Renta menghampiri Reydo
dan berkata “a, aku
minta maaf atas kejadian seminggu yang lalu itu, aku tahu aku memang salah.
Jadi tolong maafkan aku”. “ah, santai saja, sekarang kita kan teman” kata Reydo
menerima permintaan maaf Renta. Richard memanggil Renta “hey Renta”. “Pujian hanya akan membuat kita mengulangi prestasi kita dengan hanya sedikit
berkembang, Kritikan akan membuat
kita mengetahui kelemahan kita dan terkadang kita mau memperbaikinya dan
terkadang tidak, tetapi Penghinaan
akan membuat kita berjuang terus menerus untuk mencapai tujuan kita dengan
sangat drastis.” Kata Richard dengan bijak dan keren di atas lapangan
hijau. “sejak saat kau menghinanya, Reydo menjadi semakin pesat berkembang.
saat Reydo berlatih, di telinganya selalu mendengung kalimat ejekanmu dan itu
membuatnya semakin bertambah kuat. “Second strategy, taunt, successful” kata Heflin sambil
tersenyum sendiri.
Kali
ini Kevin lebih serius. dalam waktu 7 menit ini, juara akan ditentukan. Semua
sisa tenaga para pemain dikerahkan. Mereka jadi lebih agresif dan semangat.
Dengan semangat dan emosinya, Kevin dan rekannya menyerang tim Richard. Beck
Richard lengah dan membiarkan Kevin lolos tanpa bola. Rekannya yang
menyadarinya langsung mengumpan trobosan pada Kevin. Richard dan teman temannya
sedang di posisi depan. (slow moment) “sial....baiklah”
kata Richard dalam hati. Kevin menendang bola terakhirnya itu dengan keras
sekali. kiper terkejut karena terlalu maju dan tidak sempat membuka tangannya.
Bola melesat kencang menuju gawang. Wajah wajah suporter Wates mulai merengut.
Slaaash..... duk, bola mendarat di kaki Richard. Bola itu berhasil dikontrolnya.
“Reydo,
Fico, strategy kita yang terakhir” teriak Richard. Bola itu pun ia tendang jauh
menuju arah Renta, Renta ke Reydo di kiri lapangan. Reydo ke Fico. Reydo ada di
dalam kotak pinalty. Fico mengoperkan kepadanya untuk header. (slow moment) Reydo bersiap menyundul bola,
kiper lawan mulai memekarkan sepuluh jari tangan dan meloncat. Syut.... bola
dibiarkan Reydo Melintas di atas kepalanya. Kiper Blitar tertipu dan jatuh.
Slash...... tiba tiba ada Richard. ia mengangkat kedua kakinya dan tubuhnya.
Booom...... goooooool. Prit.....Priit.............
Priiiiiiiiiiit..............
“spektakuler........,
gol Salto dari Richard mengakhiri pertandingan ini. SMPN 1 Wates menjadi juara
Satuu.....” teriak komentator. Semua suporter bersorak sangat kencang. Semua
anak anak SMP itu langsung turun ke lapangan dan merayakannya. Mereka melempar
lempar Richard ke atas. Pak Budi juga meminta maaf pada pak Dian. Semua orang bahagia
sekali. “Third, or The last strategy, together, succesful” kata Heflin sambil
tersenyum sendiri.
Tiba
tiba seorang pria muda berjaket hitam olahraga menghampiri Richard dan Reydo
lalu berkata “maukah kalian berjuang untuk masa depan Indonesia ?”. Richard dan
Reydo tersenyum bahagia.
Mantap
BalasHapus